Menkominfo Budi Arie, Jangan Mundur, Lawan Judi Online!

Judi online semakin merajalela di Indonesia dan telah memberikan dampak buruk yang sangat besar terhadap berbagai kalangan masyarakat. Anak-anak muda yang mudah terpengaruh menjadi korban utama, di mana mereka menghabiskan uang mereka, bahkan uang keluarga, untuk berjudi secara online. Data menunjukkan bahwa mayoritas pemain judi online berusia 25-40 tahun, yang seharusnya berada di puncak produktivitas mereka. Tidak hanya itu, banyak keluarga yang terpecah karena adanya tekanan finansial akibat kecanduan judi. Karyawan yang seharusnya produktif di tempat kerja juga terganggu konsentrasinya karena terus memikirkan taruhan mereka.

Jika masalah judi online ini terus dibiarkan, kita akan melihat peningkatan jumlah orang yang mengalami kebangkrutan, kehilangan pekerjaan, dan keretakan rumah tangga. Psikologis dan kesehatan mental para pelaku judi juga dipertaruhkan, dengan risiko depresi dan kecemasan yang meningkat. Saat ini, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Timur adalah provinsi dengan jumlah pemain judi online terbesar, yang berarti bahwa masalah ini berdampak luas dan merata. Kerugian yang diakibatkan judi online tidak hanya dirasakan oleh individu dan keluarga, tetapi juga oleh negara. Devisa negara sebesar USD 7-9 miliar atau sekitar Rp 107-138 triliun per tahun lari ke negara lain akibat judi online. Selain itu, kerugian masyarakat bisa mencapai Rp 350 triliun, dan transaksi judi online dalam triwulan pertama 2024 mencapai Rp 100 triliun.

Negara tidak boleh kalah oleh bandar judi online. Pemerintah sudah sejak tahun lalu memberantas judi online dengan berbagai upaya, namun tantangan yang dihadapi sangat besar. Menkominfo Budi Arie tidak boleh mundur lawan judi online. Dengan pemutusan internet ke Kamboja dan Filipina, para bandar sedang pusing. Saatnya menyerang lebih besar, hancurkan bisnis judi online. Kita harus putus rantai distribusi keuangan dan komunikasi mereka, membuat operasional mereka semakin sulit. Dengan melakukan ini, kita dapat melindungi masyarakat dari bahaya kecanduan dan kerugian finansial.